ABSTRAKS
Tsunami
merupakan serangkaian gelombang yang terjadi ketika sekumpulan air yang besar,
secara cepat berpindah tempat yang disebabkan oleh tanah longsor atau gempa
bumi besar baik didarat maupun didasar laut. ini dapat terjadi
karena adanya gempa bumi, gempa laut, gunung berapi meletus, hantaman meteor di
laut, pergerakan besar di atas dan di bawah air, ledakan di bawah air serta
pergeseran lempeng kulit bumi.
Peristiwa ini berulang dan sering secara
periodic pada wilayah tertentu sehingga pentingnya pengetahuan tsunami melalui
kajian paleotsunami. Paleotsunami merupakan tsunami purba
atau tsunami yang terjadi pada zaman dahulu sebelum adanya
bukti-bukti tertulis.
Hasil penelitian paleotsunami dapat digunakan untuk mengetahui waktu perulangan terjadinya tsunami.
Pengetahuan waktu perulangan tersebut penting untuk memprediksi waktu terjadinya
tsunami di masa datang. Ini penting
sebagai upaya penanggulangan terhadap pengurangan risiko bencana tsunami
sehingga dampak yang ditimbulkan dapat diminimalkan.
Kata Kunci : Paleotsunami, waktu berulang tsunami,
memprediksi waktu terjadinya tsunami di masa datang.
Pendahuluan
Bencana
adalah suatu peristiwa yang disebabkan oleh alam atau karena ulah manusia yang
terjadi secara secara tiba-tiba atau berlahan-lahan yang mengakibatkan
hilangnya jiwa manusia, kerusakan harta benda dan lingkungan. Bencana tersebut
seperti gempa 26 Desember 2004 dengan kekuatan 8,9 skala Richter yang
mengakibatkan gelombang tsunami.
Tsunami
merupakan serangkaian gelombang yang terjadi ketika sekumpulan air yang besar,
secara cepat berpindah tempat yang disebabkan oleh tanah longsor atau gempa
bumi besar baik didarat maupun didasar laut. Peristiwa tersebut dapat terjadi
karena adanya gempa bumi, gempa laut, gunung berapi meletus, hantaman meteor di
laut, pergerakan besar di atas dan di bawah air, ledakan di bawah air serta pergeseran lempeng
kulit bumi. Selain itu gempa juga yang dapat menimbulkan peluang tsunami
apabila: gempa
bumi yang berpusat di tengah laut dan dangkal (0 - 30 km),
gempa bumi
dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6,5 Skala Richter
dan gempa bumi
dengan pola sesar naik atau sesar turun.
Dampak yang dirasakan juga semakin
parah, disebabkan oleh berbagai factor, termasuk diantaranya meningkatnya
jumlah penduduk yang tinggal di daerah yang rentan bahaya dan kurangnya
kesadaran masyarakat dalam persiapkan diri menghadapi tsunami. Pengalaman sebelumnya
terlihat daerah yang paling banyak menelan korban adalah daerah yang
masyarakatnya tidak mempunyai
pengetahuan tentang tsunami yang pada dasarnya sudah pernah terjadi (Hadmoko,
2005).
Fenomena ini
menunjukkan pentingnya pengetahuan bencana tentang tsunami melalui kajian paleotsunami.
Paleotsunami merupakan tsunami purba atau tsunami yang
terjadi pada zaman dahulu sebelum adanya
bukti-bukti tertulis. Penelitian paleotsunami bertujuan untuk mengetahui
tsunami yang pernah terjadi di masa-masa lalu berdasarkan bukti-bukti geologi. Ini merupakan upaya pengurangan resiko bencana
tsunami, sehingga dampak yang ditimbulkan dapat diminimalkan.
Konsep Paleotsunami
Paleotsunami
merupakan peristiwa tsunami terjadi di zaman dahulu
belum adanya
bukti-bukti tertulis. Penelitian paleotsunami
melakukan identifikasi,
pemetaan, dan penentuan umur deposit tsunami yang ditemukan pada daerah pantai,
dan kaitannya dengan sedimen yang sama yang ditemukan pada tempat lain baik
secara lokal, regional, atau sepanjang dasar samudera. ini
merupakan bukti-bukti geologi merupa endapan-endapan pasir
tsunami (Bourgeis, 2009).
Endapan pasir tsunami memiliki
ciri-ciri yang khas sehingga dapat dibedakan dari endapan pasir lainnya.
Endapan ini sering kali ditemukan menutupi lapisan tanah purba. Secara umum
endapan pasir tsunami memperlihatkan kenampakan struktur ukuran butiran
menghalus ke bagian atas secara berangsur. Dalam satu endapan tsunami, struktur
ini dapat terlihat lebih dari satu buah.
Struktur ini merupakan petunjuk bagi
banyaknya gelombang yang melanda ketika tsunami terjadi. Di dalam pasir
tersebut sering kali didapatkan cangkang-cangkang binatang renik yang berasal
dari kedalaman laut. Bongkah-bongkah tanah juga acap kali terdapat di dalam
pasir tsunami itu sebagai hasil gerusan gelombang tsunami. Hal ini mambawa perubahan
yang signifikan dari lingkungan, seperti mangrove dan perusakan bunga karang
oleh peristiwa tsunami, akan mempengaruhi kemampuan populasi untuk bertahan
hidup dan memaksa untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Scheffers,
2008).
Hasil penelitian paleotsunami dapat digunakan untuk
mengetahui waktu perulangan terjadinya tsunami. Pengetahuan waktu perulangan
tersebut penting untuk memprediksi waktu terjadinya tsunami di masa datang. Ini penting sebagai upaya penanggulangan terhadap pengurangan
risiko bencana tsunami sehingga dampak
yang ditimbulkan dapat diminimalkan.
Tsunami
merupakan serangkaian gelombang yang terjadi ketika sekumpulan air yang besar,
secara cepat berpindah tempat yang disebabkan oleh tanah longsor atau gempa
bumi besar baik didarat maupun didasar laut.
ini
dapat terjadi karena adanya
gempa bumi, gempa laut, gunung berapi meletus, hantaman meteor di laut,
pergerakan besar di atas dan di bawah air, ledakan di bawah air serta pergeseran lempeng
kulit bumi.
Peristiwa ini berulang dan sering secara
periodic pada wilayah tertentu sehingga pentingnya pengetahuan tsunami melalui
kajian paleotsunami. Paleotsunami merupakan tsunami
purba atau tsunami yang terjadi pada zaman dahulu sebelum adanya bukti-bukti tertulis. Penelitian
paleotsunami dengan melakukan
identifikasi, pemetaan, dan
penentuan umur deposit tsunami yang ditemukan pada daerah pantai, dan kaitannya
dengan sedimen yang sama yang ditemukan pada tempat lain baik secara lokal,
regional, atau sepanjang dasar samudera. ini bertujuan untuk mengetahui tsunami yang pernah
terjadi di masa-masa lalu berdasarkan bukti-bukti geologi. Bukti-bukti ini merupa endapan-endapan pasir
tsunami
Di dalam pasir tersebut sering kali didapatkan
cangkang-cangkang binatang renik yang berasal dari kedalaman laut.
Bongkah-bongkah tanah juga acap kali terdapat di dalam pasir tsunami itu
sebagai hasil gerusan gelombang tsunami. Hal ini mambawa perubahan yang
signifikan dari lingkungan, seperti mangrove dan perusakan bunga karang oleh
peristiwa tsunami, akan mempengaruhi kemampuan populasi untuk bertahan hidup
dan memaksa untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Hasil penelitian paleotsunami dapat digunakan untuk
mengetahui waktu perulangan terjadinya tsunami. Pengetahuan waktu perulangan
tersebut penting untuk memprediksi waktu terjadinya tsunami di masa datang. Ini penting
sebagai upaya penanggulangan terhadap
pengurangan risiko bencana tsunami sehingga dampak
yang ditimbulkan dapat diminimalkan.
DAFTAR PUSTAKA
Bourgeois J. 2009. Geologic Efects And
Records of Tsunamis . Department of Earth & Space Sciences,University
of Washington. Published in: Robinson, A.R. and Bernard, E.N., eds., The
Sea, Volume 15: Tsunamis, Harvard University Press.
Scheffers S., Jay H., Tony B., Anja S. 2008. Tsunamis, hurricanes, the demise of coral reefs and
shifts in pre-historic human populations in the Caribbean. School for Environmental
Management and Science, Southern Cross University, PO Box 157, Lismore NSW
2480, Australia,.and Island Territory of St. Maarten, ROB-VROM Section head for
Monuments and Archaeology, Tamarindsteeg 1,Philipsburg, St. Maarten,
Netherlands Antilles. Accepted Manuscript.
Hadmoko S D., Franck L., Raphael P. 2005. Tsunami Aceh 26 Desember 2004: Sebuah
Pengantar. Fakultas
Geoggrafi dan Pusat Studi Bencana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta,
Indonesia., Laboratoire de Geographie Physique UMR 8591 CNRS, Meudon, France,.
and Geolab UMR 6042 CNRS, Clermont-Ferrand, France. Jurnal Kebencanaan
Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar