Iklim adalah rata-rata peristiwa
cuaca di suatu daerah tertentu, termasuk perubahan ekstrem musiman dan
variasinya dalam waktu yang relatif lama, baik secara lokal, regional atau
meliputi seluruh bumi. Iklim dipengaruhi perubahan-perubahan yang cukup lama
dari aspek-aspek seperti orbit bumi, perubahan samudera, atau keluaran energi
dari matahari. Menurut UU
No. 31 Tahun 2009 Tentang “Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika” Perubahan
Iklim adalah berubahnya iklim yang diakibatkan, langsung atau tidak langsung,
oleh aktivitas manusia yang menyebabkan perubahan komposisi atmosfer secara
global serta perubahan variabilitas iklim alamiah yang teramati pada kurun waktu
yang dapat dibandingkan.
Beberapa Pemahaman perubahan iklim:
1).
Pemahaman
petani terhadap Perubahan Iklim adalah terjadinya musim hujan dan kemarau yang
sering tidak menentu sehingga dapat mengganggu kebiasaan petani (pola tanam)
dan mengancam hasil panen.
2). Pemahaman nelayan terhadap Perubahan
iklim adalah susahnya membaca tanda-tanda alam (angin, suhu, astronomi, biota,
arus laut) karena terjadi perubahan dari kebiasaan sehari-hari, sehingga
nelayan sulit memprediksi daerah, waktu dan jenis tangkapan.
3).
Pemahaman
masyarakat umum terhadap Perubahan iklim adalah ketidakteraturan musim.
Perubahan iklim merupakan rangkaian
sebab akibat dari perubahan unsur-unsur iklim, khususnya suhu udara dan curah
hujan yang terjadi secara berangsur-angsur dalam jangka waktu yang panjang
antara 50 sampai 100 tahun (inter centenial). Perubahan iklim
merupakan perubahan musiman jangka panjang dalam pola suhu, Tetesan air,
kelembaban, angin dan musim . Contoh: musim (dingin, panas, semi, gugur, hujan
dan kemarau) dan gejala alam khusus (seperti tornado dan banjir).
Perubahan
iklim merupakan perubahan baik pola maupun intensitas unsur iklim pada periode
waktu yang dapat dibandingkan (biasanya terhadap rata-rata 30 tahun). Perubahan
iklim dapat berupa perubahan dalam kondisi cuaca rata-rata atau perubahan dalam
distribusi kejadian cuaca terhadap kondisi rata-ratanya. Sebagai contoh, lebih
sering atau berkurangnya kejadian cuaca ekstrim, berubahnya pola musim dan
peningkatan luasan daerah rawan kekeringan. Perubahan iklim merupakan perubahan
pada komponen iklim yaitu suhu, curah hujan, kelembaban, evaporasi, arah dan kecepatan
angin, dan perawanan.
Perubahan iklim yang disebabkan
oleh alam yaitu letusan gunung
berapi, gempa bumi, dan sebagainya. Selaian itu perubahan iklim juga dapat
disebabkan oleh faktor manusia, misalnya makin meningkatnya kegiatan industri,
pembakaran hutan, meningkatnya pertumbuhan jumlah penduduk, pembangunan,
penambangan, penebangan hutan, serta perilaku negatif lainnya dari masyarakat
yang kurang bersahabat dengan lingkungannya. Fenomena ini telah
dan akan memberikan dampak pada masyarakat dan permukiman , kegiatan sosial
ekonomi seperti : pertanian, perkebunan, kehutanan, pariwisata dan ekosistem
Perubahan Iklim di Indonesia
1.
Iklim
muson
Iklim
jenis ini sangat dipengaruhi oleh angin musiman yang berubah-ubah setiap
periode tertentu. Biasanya satu periode perubahan angin muson adalah 6 bulan.
Iklim musim terdiri dari 2 jenis, yaitu Angin musim barat daya (Muson Barat)
dan Angin musim timur laut (Muson Tumur). Angin muson barat bertiup sekitar
bulan Oktober hingga April sehingga membawa musim hujan/penghujan. Angin muson
timur bertiup sekitar bulan April hingga bulan Oktober yang mengakibatkan
wilayah Indonesia mengalami musim kering/kemarau.
2.
Iklim
Tropis
Wilayah
yang berada di sekitar garis khatulistiwa otomatis akan mengalami iklim tropis
yang bersifat panas dan hanya memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan musim
hujan. Umumnya wilayah Asia tenggara memiliki iklim tropis. Iklim tropis
bersifat panas sehingga wilayah Indonesia panas yang mengundang banyak curah
hujan atau Hujan Naik Tropika.
3.
Iklim
Laut
Indonesia
yang merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak wilayah laut mengakibatkan
penguapan air laut menjadi udara yang lembab dan curah hujan yang tinggi.
Jika kita cermati unsur iklim yang sering dan menarik untuk dikaji di Indonesia adalah curah hujan, karena tidak semua wilayah Indonesia mempunyai pola hujan yang sama, diantaranya ada yang mempunyai pola munsonal, ekuatorial dan lokal.
Jika kita cermati unsur iklim yang sering dan menarik untuk dikaji di Indonesia adalah curah hujan, karena tidak semua wilayah Indonesia mempunyai pola hujan yang sama, diantaranya ada yang mempunyai pola munsonal, ekuatorial dan lokal.
Peristiwa Perubahan Iklim di
Indonesia yaitu:
1. Perubahan Curah Hujan Perubahan
iklim dapat menyebabkan perubahan peluang kejadian hujan ekstrim di beberapa
wilayah di Indonesia.
2. Pergeseran Musim Perubahan iklim
dapat menyebabkan adanya pergeseran musim. Di Indonesia, musim mengalami
pergeseran baik pada awal musim maupun panjang musim. Pergeseran tersebut
terjadi dimusim kemarau dan musim hujan, baik maju maupun mundur.
3. Meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi menyebabkan
terjadinya perubahan pada unsur-unsur iklim lainnya, seperti naiknya suhu air
laut, meningkatnya penguapan di darat, serta berubahnya pola curah hujan dan
tekanan udara yang pada akhirnya merubah pola iklim dunia.
Perubahan iklim dapat
dikelompokkan menjadi 4 :
1. Meningkatnya temperatur udara
2. Meningkatnya curah hujan;
3. Kenaikan muka air laut (sea
level rise);
4.
Meningkatnya intensitas kejadian ekstrim yang di antaranya adalah :
ü
Meningkatnya
intensitas curah hujan pada musim basah (extreme rainfall)
ü
Meningkatnya
frekuensi dan intensitas banjir (extreme flood)
ü
Berkurangnya
curah hujan dan debit sungai pada musim kemarau serta bertambah
ü
panjangnya
periode musim kering (drought)
ü
Meningkatnya
temperatur yang diikuti gelombang panas (head waves)
ü
Menurunnya
kualitas air pada musim kemarau
ü
Meningkatnya
intensitas dan frekuensi badai (tropical cyclone)
ü
Meningkatnya
tinggi gelombang dan abrasi pantai, dan
ü
Meningkatnya
intrusi air laut.
Dampak perubahan Iklim:
1.
Dampak
perubahan Iklim Terhadap Komsumsi Energi
Penggunaan energi merupakan sumber
penyebab utama terjadinya pemanasan global, karena menghasilkan karbon
dioksida, CO2 yang merupakan gas rumah kaca. Akibat pemanasan global
menyebabkan terjadinya perubahan iklim dan berdampak pada perubahan
penggunaan/konsumsi energi.
ü Dampak perubahan iklim terhadap penggunaan/konsumsi energi dapat
berupa:
ü Penurunan tingkat konsumsi energi untuk pemanasan ruangan dan
kenaikan penggunaan energi untuk pendinginan ruangan.
ü Penurunan kebutuhan energi untuk pemanasan air (seperti untuk
mandi), dan kenaikkan konsumsi energi untuk pendinginan/pembuatan es;
ü Konsumsi energi yang lebih besar untuk proses-proses yang sensitif
terhadap perubahan cuaca, seperti pemompaan untuk pengairan sawah, dan
lain-lain;
ü Kenaikkan konsumsi energi listrik untuk Air Conditioner (AC);
ü Perubahan konsumsi energi pada beberapa sektor ekonomi, seperti sector
transportasi, konstruksi, pertanian dan lain-lain.
2.
Dampak
perubahan Iklim Terhadap Keanekaragaman Hayati
Salah
satu sendi kehidupan yang vital dan terancam oleh adanya perubahan iklim ini
adalah
keanekaragaman hayati (biodiversitas) dan ekosistem. Biodiversitas
sangat berkaitan erat dengan perubahan iklim. Perubahan iklim berpengaruh
terhadap perubahankeanekaragaman hayati dan ekosistem baik langsung maupun
tidak langsung.
ü Dampak langsung
ü Spesies ranges (cakupan jenis)
Perubahan Iklim berdampak pada pada temperatur dan curah hujan.
Hal ini mengakibatkan beberapa spesies tidak dapat menyesuaikan diri, terutama
spesies yang mempunyai kisaran toleransi yang rendah terhadap fluktuasi suhu.
ü Perubahan fenologi
Perubahan iklim akan menyebabkan pergeseran dalam siklus yang
reproduksi dan pertumbuhan dari jenis-jenis organisme, sebagai contoh migrasi
burung terjadi lebih awal dan menyebabkan proses reproduksi terganggu karena
telur tidak dapat dibuahi. Perubahan iklim juga dapat mengubah siklus hidup
beberapa hama dan penyakit, sehingga akan terjadi wabah penyakit.
ü Interaksi antar spesies
Dampak perubahan iklim akan
berakibat pada interaksi antar spesies semakin kompleks (predation, kompetisi,
penyerbukan dan penyakit). Hal itu membuat ekosistem tidak berfungsi secara
ideal.
ü Laju kepunahan
Kepunahan telah menjadi kenyataan sejak hidup itu sendiri muncul.
Beberapa juta spesies yang ada sekarang ini merupakan spesies yang berhasil
bertahan dari kurang lebih setengah milyar spesies yang diduga pernah ada.
Kepunahan merupakan proses alami yang terjadi secara alami. Spesies telah
berkembang dan punah sejak kehidupan bermula. dapat dipahami melalui catatan
fosil. Tetapi, sekarang spesies menjadi punah dengan laju yang lebih tinggi
daripada waktu sebelumnya dalam sejarah geologi, hampir keseluruhannya disebabkan
oleh kegiatan manusia. Di masa yang lalu spesies yang punah akan digantikan
oleh spesies baru yang berkembang dan mengisi celah atau ruang yang
ditinggalkan. Pada saat sekarang, hal ini tidak akan mungkin terjadi karena
banyak habitat telah rusak dan hilang. Beberapa kelompok spesies yang lebih
rentan terhadap kepunahan daripada yang lain. Kelompok spesies tersebut adalah
:
a
Spesies pada ujung rantai
makanan, seperti karnivora besar, misalnya harimau (Panthera tigris).
Karnivora besar biasanya memerlukan teritorial luas untuk mendapatkan mangsa.
Oleh karena populasi manusia terus merambah areal hutan dan penyusutan habitat,
maka jumlah karnivora juga menurun.
b
Spesies lokal endemik
(spesies yang ditemukan hanya di suatu area geografis) dengan distribusi yang
sangat terbatas, misalnya badak Jawa (Rhinoceros javanicus). Sangat
rentan terhadap gangguan habitat lokal dan manusia.
c
Spesies dengan populasi
kecil yang kronis. Bila populasi menjadi terlalu kecil, maka menemukan pasangan
atau perkawinan (untuk bereproduksi) menjadi masalah yang serius, misalnya
Panda.
d
Spesies migratori adalah
spesies yang memerlukan habitat yang cocok untuk mencari makan dan beristirahat
pada lokasi yang terbentang luas sangat rentan terhadap kehilangan ‘stasiun’
habitat peristirahatannya.
e
Spesies dengan siklus hidup
yang sangat kompleks. Bila siklus hidup memerlukan beberapa elemen yang berbeda
pada waktu yang sangat spesifik, maka spesies ini rentan bila ada gangguan pada
salah satu elemen hidupnya.
f
Spesies spesialis dengan
persyaratan yang sangat sempit seperti sumber makanan yang spesifik, misal
spesies tumbuhan tertentu.
ü Penyusutan Keragaman Sumber Daya Genetik
Ancaman terhadap kelestarian sumberdaya genetik juga dapat
ditimbulkan oleh adanya pengaruh pemanasan global. Beberapa varian dari tanaman
dan hewan menjadi punah karena perubahan iklim. Kepunahan spesies tersebut
menyebabkan sumberdaya genetik juga akan hilang. Ironisnya banyak sumberdaya genetic
(plasma nutfah) belum diketahui apalagi dimanfaatkan, kita menghadapi kenyataan
mereka telah hilang.
ü Dampak tidak langsung:
Berbagai penyebab penurunan
keanekaragaman hayati di berbagai ekosistem antara lain konversi lahan,
pencemaran, eksploitasi yang berlebihan, praktik teknologi yang merusak,
masuknya spesies asing dan perubahan iklim.
ü Ekosistem Hutan
Ekosistem hutan mengalami
ancaman kebakaran hutan yang terjadi akibat panjangnya kemarau. Jika kebakaran
terjadi secara terus menerus, spesies flora dan fauna terancam dan merusak
sumber penghidupan masyarakat. Indonesia mempunyai lahan basah (termasuk hutan
rawa gambut) terluas di Asia, yaitu 38 juta ha yang tersebar mulai dari bagian
timur Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Jawa, sampai Papua. Tetapi luas lahan
basah telah menyusut menjadi kurang lebih 25,8 juta ha. Penyusutan lahan basah
dikarenakan berubahnya fungsi rawa sebesar 37,2 persen dan mangrove 32,4
persen. Luas hutan mangrove berkurang dari 5,2 juta ha tahun 1982 menjadi 3,2
juta ha tahun 1987 dan menciut lagi menjadi 2,4 juta ha tahun 1993 akibat
maraknya konversi mangrove menjadi kawasan budidaya.
ü Daerah kutub
Sejumlah keanekaragaman hayati terancam punah akibat peningkatan
suhu bumi rata-rata sebesar 1oC. Setiap individu harus beradaptasi pada
perubahan yang terjadi, sementara habitatnya akan terdegradasi. Spesies yang
tidak dapat beradaptasi akan punah. Spesies-spesies yang tinggal di kutub,
seperti penguin, anjing laut, dan beruang, juga akan mengalami kepunahan,
akibat mencairnya sejumlah es di kutub.
ü Daerah arid dan gurun
Dengan adanya pemanasan
global yang menyebabkan perubahan iklim mengakibatkan luas gurun menjadi
semakin bertambah (desertifikasi).
ü Ekosistem pertanian
Perubahan iklim akan menyebabkan
terjadinya perubahan cuaca, sehingga periode
musim tanam menjadi berubah. Hal ini
akan mengakibatkan beberapa spesies harus
beradaptasi dengan perubahan pola tanam
tersebut.
3.
Dampak
perubahan Iklim Terhadap Sumber Daya Air
Perubahan iklim global yang dicirikan oleh perubahan unsur-unsur
iklim seperti perubahan suhu udara permukaan bumi, curah hujan, kelembaban,
kecepatan angin, evaporasi dan transpirasi akan berpengaruh secara langsung
maupun tidak langsung terhadap respon hidrologi wilayah yang selanjutnya
menentukan ketersediaan air untuk berbagai kebutuhan. Dengan demikian besaran
dan distribusi air juga akan mengalami perubahan dan dalam jangka panjang
kelestarian sumber daya air memerlukan perhatian yang serius.
Kenaikan suhu akibat perubahan iklim akan menaikkan laju penguapan
tanaman, tanah, danau, sungai dan laut yang menyebabkan menipisnya ketersediaan
air dan berakibat kekeringan. Kenaikan suhu yang tidak merata di seluruh bumi
menimbulkan adanya tekanan rendah dan tekanan tinggi baru. Pola angin bergeser
dan pola hujan berubah. Tinggi muka air laut meningkat akibat volume air laut
mengembang karena temperatur naik, selain adanya pasokan baru dari
gunung-gunung es di kutub yang mencair. Daerah yang berada di garis lintang
tinggi dan sebagian lintang rendah dapat mengalami peningkatan presipitasi
sedangkan pada daerah lintang tengah dan garis lintang rendah mengalami
kurangnya curah hujan.
Hal ini berarti perubahan iklim dapat menyebabkan terjadinya
pergeseran musim di berbagai daerah, dimana musim kemarau akan berlangsung lama
sehingga menimbulkan bencana kekeringan dan penggurunan. Musim hujan akan
berlangsung dalam waktu singkat dengan kecenderungan intensitas curah hujan
lebih tinggi dari curah hujan normal, yang berdampak bencana banjir dan badai.
Perubahan iklim juga menyebabkan peningkatan peristiwa La-Nina dan
El-Nino yang berdampak pada kelebihan air di satu sisi (banjir) dan kekurangan
air di sisi lainnya (kekeringan). Sebagai contoh adalah terjadinya kebanjiran
dan kekeringan pada areal persawahan di Indonesia sebagai akibat peristiwa
La-nina dan El-nino.
Akibat tidak langsung adalah intrusi air laut yang kemudian dapat
menyebabkan penurunan kualitas air tanah. Peningkatan temperatur air akibat
perubahan iklim juga dapat menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan air
pendingin karena polusi termal pada air. Hal ini juga mempengaruhi pola
oksigen, potensial redoks, stratifikasi danau, laju pencampuran dan pertumbuhan
biota air. Peningkatan temperatur air akan menurunkan kemampuan pemurnian
sendiri dari sungai. Lebih jauh lagi, intensitas hujan yang tinggi dapat menyebabkan
peningkatan nutrien, pathogen dan racun ke dalam badan air. Berbagai penyakit
juga dapat ditularkan melalui air, baik melalui air minum atau dengan mengkonsumsi
tanaman yang diirigasi dengan air tercemar.
Hal ini akan terjadi fenomena dan dampak
akibat perubahan iklim dalam jangka panjang, sebagai berikut:
(1) Kenaikan kelembaban permukaan tanah, fluktuasi suhu siang dan
malam yang tinggi berpengaruh terhadap kenaikan massa air (volume) dan beberapa
sumber air.
(2) Peningkatan frekuensi gelombang panas berakibat meningkatnya
kebutuhan air dan menurunnya kualitas air, sebagai contoh ledakan ganggang (booming
algae).
(3) Tingginya intensitas curah hujan di daerah berkelembaban tinggi
berdampak pada menurunnya kualitas air permukaan dan air tanah sebagai contoh
terjadinya kontaminasi sumber air.
(4) Semakin luasnya daerah yang mengalami kekeringan sehingga semakin
banyak daerah yang kekurangan air.
(5) Peningkatan intensitas
badai tropis yang kekuatannya dapat mengganggu penyediaan air bagi kepentingan
masyarakat.
(6) Peningkatan kejadian gelombang pasang yang berakibat pada
menurunnya ketersediaan air bersih karena intrusi air laut.
4.
Dampak
perubahan Iklim Terhadap Sistem Transportasi
Faktor perubahan iklim yang mempengaruhi sistem transportasi
yaitu: meningkatnya temperatur (Increasing temperatures), meningkatnya
curah hujan (Increasing precipitation), dan naiknya permukaan laut (Rising
sea levels )
ü Peningkatan Temperatur
Peningkatan temperatur berpotensi mempengaruhi berbagai moda
transportasi, terutama mempengaruhi permukaan jalanan. Pengaruh yang disebutkan
adalah kerusakan perkerasan jalan, melengkungnya rel (rail buckling), efisiensi
bahan bakar berkurang, permukaan air dalam tanah makin rendah dan menurunnya
penutup es.
ü Meningkatnya Curah Hujan
Peningkatan durasi dan intensitas curah hujan yang terjadi tentu
saja akan dapat mempengaruhi stabilitas konstruksi jalan raya, jalan kereta,
trotoar dan lain-lain. Curah hujan dapat menyebabkan terbawanya sedimen ke
dalam sungai sehingga mempercepat pendangkalan sungai. Untuk jembatan, pondasi
jembatan dapat bergerak dan merusak jembatan. Selain itu meningkatnya curah
hujan sering menyebabkan banjir yang merusak prasarana transportasi jalan. Pada
saat hujan sering sekali terjadi longsor. Bahan-bahan longsoran masuk ke badan
jalan sehingga jalan terputus. Kejadiaan ini sering terjadi di jalan-jalan utama,
akibatnya perjalanan terganggu
ü Naiknya Permukaan Laut
Naiknya permukaan laut dapat merapengaruhi wilayah pantai, yang
selanjutnya mempengaruhi moda transportasi laut. Apabila permukaan air naik
maka terjadi pasang. Pasang
ini dapat merusak jalan yang dekat dengan pantai dan merusak
prasarana jalan yang ada.
5.
Dampak
perubahan Iklim Terhadap Wilayah Pesisir
Pemanasan global, salah satu perubahan iklim global, telah
diyakini berdampak buruk bagi kelangsungan hidup manusia di berbagai wilayah
dunia. Wilayah pesisir adalah wilayah yang paling rentan terkena dampak buruk
pemanasan global sebagai akumulasi pengaruh daratan dan lautan. Dalam ringkasan
teknisnya tahun ini, Intergovernmental Panel on Climate Change, suatu
panel ahli untuk isu perubahan iklim, menyebutkan faktor penyebab kerentanan
wilayah yaitu:
(1) pemanasan global ditenggarai meningkatkan frekuensi badai di wilayah
pesisir. Setiap tahun, sekitar 120 juta penduduk dunia di wilayah pesisir menghadapi
bencana alam tersebut, dan 250 ribu jiwa menjadi korban hanya dalam kurun 20
tahun terakhir (tahun 1980-2000).
(2) pemanasan global diperkirakan akan meningkatkan suhu air laut berkisar
antara 1-3°C.
ü sisi biologis, kenaikan suhu air laut ini berakibat pada meningkatnya
potensi kematian dan pemutihan terumbu karang di perairan tropis. Kerusakan
terumbu karang juga berarti hilangnya pelindung alam wilayah pesisir yang akan
memicu peningkatan laju abrasi pantai.
ü meningkatnya suhu permukaan air laut, akan berpengaruh terhadap
produktivitas perikanan. Hal ini akan menurunkan produksi tambak ikan dan udang
serta mengancam kehidupan masyarakat pesisir pantai.
6. Dampak perubahan Iklim Terhadap Sektor
Pertanian
Dampak paling merugikan akan melanda sektor pertanian akibat
pergeseran musim dan
perubahan pola curah hujan. Pada umumnya semua bentuk sistem
pertanian sangat sensitive terhadap variasi iklim. Terjadinya keterlambatan
musim tanam atau panen akan memberikan dampak besar baik secara langsung maupun
tidak langsung terhadap ketahanan pangan.
ü Meningkatnnya Temperatur
Meningkatnya temperatur akan berdampak terhadap percepatan
penguapan air, baik dari tanah maupun tanaman, sehingga tanaman akan rentan
terhadap kekurangan air yang pada akhirnya dapat menurunkan produksi. Tidak
sebatas itu, dengan naiknya temperatur akan memberikan keadaan yang kondusif
bagi perkembangbiakan beberapa jenis serangga hama yang akan sangat berpotensi
menurunkan tingkat produktivitas bahkan mampu menggagalkan panen.
ü Berubahnya Pola Curah Hujan
Perubahan pola curah hujan akan berdampak pada tingginya
intensitas hujan dalam periode yang pendek dan akan menimbulkan banjir yang
kemudian menyebabkan produksi pertanian menurun, khususnya padi karena sawah
terendam air. Tingginya curah hujan juga mengakibatkan hilangnya lahan karena
erosi dan longsor. Sementara itu di beberapa tempat pola curah hujan terjadi
dengan intensitas rendah dalam periode kemarau yang panjang, sehingga terjadi
kekeringan dimana-mana yang akhirnya berakibat terhadap rendahnya produktivitas
pertanian.
ü Naiknya Permukaan Air Laut
Indonesia tidak luput dari
dampak perubahan iklim dan berada pada posisi yang sangat rentan terhadap perubahan
iklim, karena banyaknya pulau yang dimiliki Indonesia (Indonesia memiliki garis
pantai nomor dua terpanjang di dunia (14% dari garis pantai dunia). Naiknya
temperatur akan berpengaruh terhadap mencairnya salju/es di kutub yang pada
akhirnya berakibat terhadap naiknya permukaan air laut. Hal ini akan
menyebabkan hilangnya sejumlah pulau kecil dan abrasi yang cukup serius, sehingga
terancamnya jutaan penduduk dan petani yang tinggal di daerah pesisir pantai.
7.
Dampak
perubahan Iklim Terhadap Hutan
Hutan sebagai salah satu ekosistem daratan berperan sebagai
penyerap karbon (carbon sink). Fungsi itu diperankan melalui penyerapan gas CO2
oleh tumbuh-tumbuhan yang hidup di ekosistem hutan dan kemudian salah satu
hasilnya yaitu karbon disimpan sebagai biomassa didalam hutan. Oleh karena itu,
semakin luas hutan maka semakin besar pula kapasitas carbon sink yang
dipunyai oleh ekosistem daratan dan sebaliknya emisi GRK dan pemanasan global
akan semakin berkurang.
Wilayah tropis telah
terjadi pengurangan hutan seluas 19.76 juta km2 atau pengurangan sebesar 1,73%/
tahun dari luas hutan semula. Pengurangan hutan tropis terutama diakibatkan
oleh: pengalihan fungsi hutan menjadi kawasan pertanian, perkebunan, permukinan
serta kebakaran hutan dan pembalakan liar (illegal logging). Hutan
rentan terhadap perubahan iklim.
8.
Dampak
perubahan Iklim Terhadap Kesehatan
Perubahan iklim berpotensi meningkatkan frekuensi perubahan panas
dan dingin, bencana banjir dan kekeringan, bencana tanah longsor, juga dapat
merubah kandungan gas di udara. Oleh karenanya perubahan iklim akan berdampak
pada kesehatan manusia, karena akan dapat menyebabkan kematian, kecelakaan dan penyakit.
Dampak lain dari perubahan iklim di Indonesia adalah
meningkatnya frekuensi penyakit tropis, seperti malaria dan demam berdarah.
Upaya Mitigasi
- Pentingnya gaya hidup hemat energi perlu dikampanyekan secara terus menerus kepada seluruh lapisan masyarakat.
- Menggunakan berbagai jenis media dan sarana, pendidikan hemat energi ini juga perlu masuk dalam kegiatan pendidikan, mulai dari tingkat taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi.
- Penggunaan energi baru dan terbarukan (seperti bahan bakar nabati dan pemanfaatan limbah/sampah menjadi energi).
- Pelestarian keragaman sumber daya genetik, terutama untuk tanaman pertanian dan ternak dilakukan melalui koleksi plasma nutfah yang dilakukan oleh beberapa balai penelitian di bawah Departemen Pertanian.
- Usaha rehabilitasi waduk, alokasi air melalui operasi waduk, pembangunan jaringan irigasi, penghijauan lahan kritis dan sosialisasi gerakan hemat air, peningkatan kehandalan sumber air baku, peningkatan pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA).
- Mengembangkan tanaman karet pada lahan semak belukar dan alang-alang.
- Memanfaatkan lahan alang-alang (cadangan karbon rendah) menjadi lahan perkebunan (cadang karbon lebih besar).
- Meremajakan tanaman perkebunan yang sudah menurun produktivitasnya.
- Mengembangkan ternak yang adaptif terhadap lingkungan yang lebih ekstrim (kekeringan, suhu tinggi, genangan).
- Pengelolaan tanah dan tanaman
Upaya
Adaptasi
- Mulai dipikirkan dan ditetapkan sumber energi pengganti bahan bakar fosil.
- Mengurangi emisi methan dengan mencegah timbulnya kebakaran di musim kemarau,
- Pengelolaan TPA maupun pembenahan rawa-rawa.
- Menerapkan pengelolaan sumber air yang lebih terpadu dengan cara melestarikan ekosistem disertai perbaikan waduk-waduk penampung air dan parasarana penunjang lainnya.
- Memelihara ekosistem asli, melindungi dan meningkatkan daya dukung ekosistem, mengelola habitat untuk species-species yang hampir punah, menciptakan tempat perlindungan dan daerah-daerah penyangga serta membentuk jejaring kawasan perlindungan darat, air dan laut.
- menanam tanaman penghadang seperti pohon mangrove
- Pindah lokasi atau bermukim jauh dari pantai
- Melakukan penyesuaian misalnya, dengan beralih ke sumber-sumber nafkah yang lain (wilayah pesisir).
- Seiring dengan perubahan lingkungan hidup, perlu memperkuat layanan dasar kesehatan masyarakat. Perubahan iklim akan mengakibatkan udara menjadi lebih panas sehingga memungkinkan penyebaran nyamuk-nyamuk pembawa penyakit ke wilayah-wilayah baru, maka diperlukan suatu sistem pengawasan kesehatan yang lebih handal untuk memonitor penyebaran penyakit seperti malaria dan deman berdarah dengue (DBD).
Sumber:
http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Klimatologi/Informasi_Perubahan_Iklim.bmkg
-
Sahri Muhammad, D. Gede R. Wiadnya, Darmawan O. Sutjipto, Adaptasi Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan
Kelautan Terhadap Dampak Perubahan Iklim Global, [Makalah disajikan pada
acara Seminar Nasional Pemanasan Global: Strategi Mitigasi dan Adaptasi
Perubahan Iklim di Indonesia, di Universitas Brawijaya Malang, pada hari Sabtu
31 Januari 2009]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar